QI TIAN DA SHENG 齊天大聖
Qi Tian Da Sheng 齊天大聖( Ce Thian Tay Seng - Hokkian ) secara umum di
sebut Da Sheng Ye 大聖爷( Tay Seng Ya - Hokkian), atau Hou Qi Tian 高齊天(
Khauw Ce Thian - Hokkian). Hari lahimya pada tanggal 12 bulan 10 Imlik.
Ia adalah Dewa Pelindung Anak - anak terutama mulai umur 3 sampai 7
tahun, sebab pada usia tersebut anak
sedang nakal-nakalnya. Periode
perkembangan ini disebut "Masa Kenakalan Kera" ( sebutan ini populer di
Taiwan dan Propinsi Fujian ). Dengan perlindungan Da Sheng Ye大聖爷, anak
-anak akan selamat melewati masa ini. Kalau ada anak-anak dalam usia
tersebut yang terkejut lalu jatuh sakit, nafsu makan tidak ada, orang
tuanya segera peri ke altar pemujaan Da Sheng Ye 大聖爷 untuk memohon
kesembuhannya .Dikisahkan dalam buku ini, bahwa Sun Wu Kong semula lahir dari sebuah batu besar di gunung Hua Guo Shan 花果山 Kelahirannya menimbulkan sinar terang yang memancar sampai ke kahyangan, Yu Huang Shang Di 玉皇上帝 lalu memerintahkan Qian Li Yan 千里眼( Si Mata Seribu Li ) dan Sun Feng Er 顺风耳 ( Si Telinga Angin Baik ) untuk menyelidiki apa yang teijadi. Tapi ketika diketahuinya sinar itu berasal dari seekor kera, dia merasa lega.
Sang kera batu, karena keberaniannya kemudian diangkat menjadi raja oleh segerombolan kera - kera, dengan gelar Mei Hou Wang 美猴王( Bi Kaow On - Hokkian) atau Raja Monyet yang baik.
Karena melihat rakyatnya mulai banyak yang sakit dan mati, sang Raja Kera menyadari bahwa dirinya pun takkan lepas dari hukum alam. Tapi tak ingin begitu saja tunduk pada kodratnya. Ia pergi mencari obat abadi dan ilmu sejati untuk mendapatkan umur panjang.
Dalam berkelana selama 18 tahun itu, ia sampai dipegunungan Zhong Nan Shan 终南山 dan berguru pada seorang Pendeta Taois. Di situ ia memperoleh berbagai ilmu kanuragan dan ilmu berubah bentuk menjadi 72 rupa. Kemudian ia juga mempelajari ilmu lompatan awan. Dengan sekali loncat jungkir balik, ia dapat nempuh jarak 9000 km. Gurunya memberi nama Sun Wu Kong 孫悟空( Sun Go Kong - Hokkian ) yang berarti "Menyadari Kekosongan".
Dengan kesaktiannya ini, ia kembali kekerajaannya di Hua Guo Shan 花果山 dan memimpin rakyatnya untuk memberontak terhadap kekuasaan para dewa di kahyangan. Untuk memperoleh senjata dia mengobrak -abrik lautan timur dan memaksa Raja Naga 东海龙王menyerahkan besi ajaib 如意金箍棒 yang dapat berubah besar kecilnya menurut kehendak si pemakai. Akhirat dilabraknya juga karena mencoba memanggil arwahnya yang menurut catatan sudah sampai waktunya untuk mati. Sejak itu nama Sun Wu Kong sangat disegani oleh para siluman di kawasan itu. Ada sejumlah Raja Siluman yang jumlahnya 72 orang takluk dan rela mengangkatnya sebagai kepala perserikatan.karena khawatir akan kekacauan yang ditimbulkannya, Yu Huang Da Di 玉皇上帝 kemudian memanggilnya untuk menduduki jabatan di kahyangan.
Tapi karena pada dasarnya para dewa memandang rendah Sun Wu Kong, karena hanya seekor kera, maka ia diberi kedudukan yang sangat rendah pula, yaitu mengurus kandang kuda kahyangan. Mengetahui hai itu, Sun Wu Kong lalu minggat kembali ke gunung. Para rekan - rekan siluman mengangkatnya menjadi "Qi Tian Da Sheng" 齊天大聖yang berarti "Orang bijak yang setara dengan langit ". Panji - panji besar bertuliskan empat huruf ditegakkan
Para dewa sangat marah dan mengirimkan bala tentara kahyangan untuk menghukumnya. Bala tentara langit yang dipimpin oleh Li Tian Wang 李天王 dan putranya Li Ne Zha李哪咤 itu dipukul mundur oleh Sun Wu Kong. Atas anjuran Tai Bai Jin Xing 太白星君( Tay Pek Kim Sing - Hokkian ) Sang Dewa Bintang Emas, sekali lagi Yu Huang memanggilnya ke langit dan menganugerahi gelar Qi Tian Da Sheng 齊天大聖 seperti yang dikehendakinya. Sebuah istana dibangun untuknya. Tetapi dasar wataknya usil dan nakal, maka dia mencuri buah persik Xi Wang Mu 西王母 dan menghabiskan makanan - makanan yang disediakan untuk pesta para dewa itu. Rumah Tai Snang Lao Jun 太上老君( Thai Siang Lao Kun - Hokkian ) pun tak luput dari kenakalannya. Semua obat - obat ajaib untuk hidup abadi milik sang dewa dilahapnya.
Para dewa sangat murka. Sekali lagi para bala tentara langit dikerahkan secara besar-besaran untuk menangkap Sun Wu Kong.
Gunung Hua Guo Shan 花果山 dikepung rapat - rapat, pertempuran besar - besaran teijadi antara balatentara kera dan siluman melawan tentara langit.
Tetap saja mereka tak berhasil menaklukkan Sun Wu Kong. Seorang perwira khayangan yang sakti dipanggil untuk menangkap Raja kera .
Perwira tersebut adalah Er Lang Shen 二郎神, yang bermata tiga dan dapat berubah wujud menjadi 73 rupa. Dia hanya mengungguli Sun Wu Kong sedikit, tetapi ia tetap gagal menaklukkan apalagi menangkapnya.
Akhirnya Tai Shang Lao Jun 太上老君melemparkan gelang pusaka Panca Logam dan mengenai kepala Kera Sakti. Dia terjatuh dan berhasil di tawan. Di panggung pelaksanaan hukuman dicoba dengan semua senjata pusaka,bahkan halilintar ternyata tak mempan terhadap tubuhnya, para dewa kehabisan akal.
Atas usul Tai Shang Lao Jun, sang Kera Sakti direbus dalam bejana tempat ia biasa mengolah obat panjang umur. 49 hari sang monyet terbenam di situ. Tapi bukannya ia binasa, ketika tutup bejana dibuka, ia meloncat keluar dan dengan kekuatannya yang luar biasa mengobrak - abrik kahyangan, tanpa dapat dikendalikan lagi. Di saat para dewa putus asa itulah datang Ru Lai Fo 如耒佛( Ji Lay Hud - Hokkian ). Ru Lai berhasil menangkap Sun Wu Kong dan mengurungnya di bawah gunung Lima Elemen 五行山.
Itulah bagian atas cerita Xi You Ji 西遊記 yang menceritakan asal - usul Qi Tian Da Sheng 齊天大聖 sampai ia di taklukkan oleh sang Tatagatha atau Ru Lai. *
dipetik dari buku Dewa Dewi Kelenteng
hal 161 - 166 .
Bersambung .........................
( bersambung ..........................
Selanjutnya novel ini menceritakan bagaimana Sun Wu Kong 孫悟空 setelah bebas dari hukuman kurungan selama 500 tahun di bawah gunung Lima Elemen五行山.
Ia menjadi pengawal Pendeta Xuan Zang 玄奘 ke Langit Barat (India) untuk mengambil Kitab Suci Tripitaka. Dalam perjalanan itu ia menaklukkan berbagai macam siluman dan orang jahat yang berusaha merintangi perjalannya. Diantaranya adalah Zhu Ba Jie 猪八戒 ( Ti Pat Kay - Hokkian ) siluman babi yang rakus dan jenaka, serta Sha Sheng 沙僧( See Ceng - Hokkian ) si siluman air. -. Mereka berdua bersama Sun Wu Kong ikut mengawal pendeta Xuan Zang 玄奘
Sun Wu Kong sebagai pembuka jalan, Zhu Ba Jie yang menuntun kuda dan Sha Sheng memikul barang - barang bawaan.
Bertiga mereka mengawal gurunya menempuh perjalanan yang jauh dan penuh rintangan. Tapi berkat kecerdikan dan kesaktiannya, Su Wu Kong berhasil mengatasi itu semua, sehingga mereka selamat sampai ke tempat tujuan.
Dalam perjalanan yang panjang ini ada dua peristiwa yang patut diperhatikannya, yang kami anggap menjadi sebab mengapa Sun Wu Kong diangkat menjadi Dewa pelindung anak - anak Peristiwa pertama terjadi ketika rombongan ini sampai di sebuah dusun yang terdiri dari keluarga Chen 陈府( Tan - Hokkian ) di tepi sungai besar yang disebut Tong Tian He 通天河 atau sungai yang menembus langit. Dalam sungai itu ternyata ada segerombolan siluman yang dipimpin oleh seekor siluman ikan mas Tiap tahun si Raja Siluman ini minta disediakan korban sepasang anak laki dan perempuan yang masih suci untuk disantap. Penduduk tempat itu sangat menderita dan tak berdaya melawan kesaktian para siluman. Kebetulan tahun itu jatuh giliran putera dan puteri tuan rumah dimana mereka menginap.
Sun Wu Kong dan para saudara seperguruan nya memutuskan untuk turun tangan. Si Monyet Sakti mengubah diri menjadi putra tuan rumah dan Zhu Ba Jie sebagai anak perempuannya. Berdua mereka dibawa ke kuil tempat persembahan sesaji dilakukan.
Malam itu sang siluman ikan mas datang untuk menyantap korbannya. Zhu Ba Ji terburu - buru, langsung menyerang. Akibatnya siluman itu tahu dengan siap mereka kini berhadapan, lalu lari ke dalam goanya di dasar sungai.
Gagal berpesta pora, sang siluman mengincar Pendeta Xuan Zang 玄奘 untuk dijadikan korbannya. Pendeta Xuan Zang ditangkap ketika rombongan berjalan melewati permukaan Tong Tian He 通天河 yang sedang beku. ketiga muridnya tidak tinggal diam. Sarang para siluman diaduk - aduk. Sadar akan kemampuan Sun Wu Kong, sang siluman tetap bersembunyi di bagian paling dalam dari sungai itu. Sun Wu Kong tidak kehabisan akal, dia pergi ke tempat Guan Yin 观音( Koan Im - Hokkian ) minta bantuan.
Berkat bantuan Guan Yin Pu Sa观音菩萨, akhirnya siluman ikan mas itu dapat ditaklukkan. Penduduk segera keluar berduyun - duyun mengucapkan terima kasih pada sang Dewi dan Sun Wu Kong bertiga.
Dalam kesempatan itu seorang pelukis mengabadikan Guan Yin dengan lukisannya. Sebab itu konon, lukisan Guan Yin hasil karya keluarga Chen ( Tan - Hokkian ) paling bagus.
Masih ada satu peristiwa penting lagi dalam novel itu yang lebih meneguhkan citra Sun Wu Kong sebagai Dewa Pelindung Anak - anak.
Alkisah rombongan Xuan Zang beserta ketiga muridnya sampai di sebuah negeri yang disebut Bi Qiu Guo. Begitu tiba di kota mereka heran karena di tiap rumah digantungkan sebuah sangkar besar yang berkerudung kain
Di dalam tiap sangkar terdapat seorang anak kecil. Untuk menjawab pertanyaan itu , maka mereka bertanya kepada petugas wisma di mana mereka menginap. Ternyata anak - anak yang ada di dalam sangkar tersebut akan dikorbankan untuk mengobati penyakit raja yang bisa sembuh asal makan jantung anak - anak sebanyak seribu seratus sebelas biji.
Mendengar ini Pendeta Xuan Zang 玄奘menangis dan Sun Wu Kong 孫悟空 geram sekali. Malam itu Sun Wu Kong mendatangkan angin ribut dan menerbangkan semua sangkar berisi anak - anak tersebut untuk disembunyikan di suatu tempat. Akhirnya tahulah ia bahwa ini semua adalah akibat ulah seorang siluman yang menyamar menjadi pendeta palsu yang mengelabuhi raja.
Sun Wu Kong berhasil membuka kedok siluman dan menginsafkan raja bahwa cara yang ditempuh untuk kesembuhan penyakitnya adalah cara yang nista dan jahat. Siluman berhasil ditaklukkan dan kembali ke asalnya yaitu seekor menjangan, dan atas usaha Sun Wu Kong pula, sang raja berhasil disembuhkan. Anak - anak yang nyaris menjadi korban itu dikembalikan kepada orang tuanya masing - masing.
Secara keseluruhan novel Xi You Ji menggambarkan watak - watak manusia. Pendeta Xuan Zang melambangkan hati nurani yang bersih dari prasangka, yang menganggap semua halangan adalah cobaan hidup.
Sun Wu Kong melambangkan watak manusia yang cerdik dan usil, karena itu sering cenderung untuk membuat salah. Zhu Ba Jie melambangkan watak yang malas, tak bertanggungjawab dan selalu bergulat dengan hati nuraninya.
Sedangkan Sha Sheng melambangkan seseorang yang patuh tapi mudah putus asa.
Tak dapat disangkal lagi, Sun Wu Kong menjadi seorang tokoh yang sangat dicintai rakyat. Kisahnya menjadi obyek lukisan, ukiran - ukiran dan opera. Semua ini menggambarkan begitu luasnya pengaruh cerita Xi You Ji 西遊記 di kalangan masyarakat
Pemujaan terhadap Sun Wu Kong ini sangat luas sekali wilayahnya. Di Tiongkok Daratan banyak kelenteng yang memujanya, begitu juga di Taiwan.
Di Taiwan ada beberapa kelenteng yang memujanya, tapi yang paling terkenal adalah di Wan Fu Yan (Ban Hok Am - Hokkian), sebuah kelenteng dengan pendeta - pendeta yang terdiri dari kaum wanita. Di Malaysia dan Singapura juga ada demikjan juga di Indonesia. Di Semarang khususnya, pemujaan terhadap Sun Wu Kong terdapat di Kelenteng Pat Sian, Jalan Petek, dan beberapa rumah khususnya dari keturunan suku Fuqing (Hoktjia).
Peringatan hari ulang tahunnya tanggal 12 bulan 10 Imlik **
dipetik dari buku Dewa Dewi Kelenteng
hal 161 - 166 .
*** Qi Tian Da Sheng secara umum disebut Da Sheng Ye/ Tay Seng Ya, atau
Kau Qi Tian. Siapa sesungguhnya Qi Tian DA Sheng / Da Sheng Ye ini? Dia
tak lain dan tak bukan adalah Si Raja Kera yg sakti Sun Wu Kong, tokoh
utama dalam novel Xi You Ji ( Perjalanan ke Barat). novel Xi You Ji
adalah sebuah Mahakarya Sastra pada masa permulaan dinasty Ming yg
ditulis oleh Wu Cheng En( 1500- 1582 ).
meskipun ceritakan perjalanan Pendeta Xuan Zang ke India utk mengambil Kitab suci Tripitaka pada jaman dinasti Tang (abad 7 Masehi ), tetapi boleh dikatakan keseluruhannya isi buku ber-putar2 pada satu tokoh ini saja, yaitu si Kera Sakti Sun Wu Kong .Dikisahkan dalam buku ini , bahwa Sun Wu Kong semula lahir dari sebuah batu besar di gunung Hua Guo Shan.kelahirannya menimbulkan sinar terang yg memancar sampai kahyangan, Yu Huang Da Di lalu memerintahkan Qian Li Yan ( Si Mata Seribu Li) dan Sun Feng Er ( Si Telinga Angin Baik) utk menyelidiki apa yg terjadi, tapi ketika diketahui Nya sinar itu berasal dari seekor kera, Beliau merasa lega .Sang kera batu karena keberaniannya kemudian diangkat menjadi raja oleh segerombolan kera2 dengan gelar Mei Hou Wang atau Raja Monyet Yang Baik.Karena melihat rakyatnya mulai banyak yg sakit dan mati, sang Raja Kera menyadari bahwa dirinyapun takkan lepas dari hukum alam. tapi dia tak ingin begitu saja tunduk pada kodratnya. Ia pergi mencari obat abadi dan ilmu sejati utk mendapatkan umur panjang. dalam berkelana selama 18 tahun itu,ia sampai dipergunungan Zhong Nan Shan dan berguru pada seorang Pendeta Taois (gag tau nmany syp). di situ Ia memperoleh berbagai ilmu kanuragan dan ilmu berubah bentuk menjadi 72 rupa. kemudian Ia jg menpelajari ilmu lompatan awan. dgn sekali loncat jungkir balik, Ia dapat menempuh jarak 9000 km. Gurunya menberi nama Sun Wu Kong / Sun Go Kong yg berarti " menyadari Kekosongan .
*** Ery Camel : Mohon Pendapat Teman2......Pertanyaan: kenapa Wu Kong yang begitu hebat sampai bisa mengacau Khayangan, saat dalam perjalanan mengambil kitab suci jadi terlihat lemah dan (hampir) selalu meminta bantuan dari para Dewa yang notabene dulu kalah semua melawannya, padahal sudah ada bantuan dari adik kedua (Ba Jie) dan ketiga (Sha Sheng)-nya?
Ery Camel : Sebenarnya ada beberapa jawaban, dan semuanya terkait dengan Sang Biksu Suci itu sendiri. Sekarang akan ditelaah dari kondisi sebelum dan sesudah bertemu Biksu Tang:1. Saat jadi Qi Tian Ta Shen yang mengacau khayangan, Wu Kong sama sekali tidak punya kekhawatiran. Dia sama sekali tidak peduli ataupun takut pada apapun. Tanpa rasa khawatir, maka dia bisa bebas pergi dan bertindak sesukanya. Karena itu si monyet jadi tampak tak terkalahkan. Para siluman lain-pun ikut bekerjasama dengannya karena melihat kesaktiannya itu. Setelah bertemu Biksu Tang, Wu Kong jadi memiliki hal yang dikhawatirkan, yaitu nyawa sang guru. Ditambah lagi, Sang Biksu Suci tampaknya menjadi seperti magnet yang menarik keinginan berbagai siluman untuk memakannya, dengan tersebarnya isu bahwa barang siapa yang memakan dagingnya akan hidup abadi dan awet muda.2. Saat mengacau khayangan, Wu Kong bisa membunuh sesukanya, sementara setelah bertemu Biksu Tang, Wu Kong dilarang keras untuk membunuh. Terbukti saat pertama bertemu, Wu Kong dengan mudah membunuh harimau dan perampok yang menyerang mereka. Namun lama kelamaan, apalagi dipicu dengan kejadian saat Wu Kong diusir oleh Biksu Tang pada kasus Siluman Tulang Putih, Wu Kong jadi berusaha keras untuk tidak membunuh lagi, dan karena itu jadi menahan diri dan kekuatannya sendiri (karena itu jadi terlihat lebih lemah daripada dulu). Maka jalan satu-satunya untuk menolong Sang Guru adalah dengan minta bantuan para Dewa dan pusaka mereka.3. Berkaitan dengan kedua saudara seperguruannya, karena asal mereka dari dewa yang melanggar aturan hingga diturunkan ke bumi, tentu saja mereka jadi sangat lemah dibandingkan Wu Kong (saat masih jadi dewa-pun mereka tidak berdaya menghadapi Wu Kong, apalagi setelah diturunkan ke bumi). Jadi kadang mereka malah merepotkan kalau menghadapi musuh yang kuat.4. Yang terakhir… entah kenapa sebagian besar musuh yang menghalangi perjalanan mereka ternyata adalah peliharaan para Dewa yang berhasil mencuri pusaka dan turun ke bumi menjadi siluman (di antaranya: ikan mas di kolam teratai Guan Yin, kerbau hijau tunggangan Tai Shang Lao Jun, elang Sang Buddha, tikus putih milik Li Jing, kelinci giok milik Dewi Bulan, dan sebagainya). Cara paling mudah menghadapi para peliharaan itu beserta pusakanya tentu saja memanggil Dewa pemiliknya untuk datang dan menjemput kembali peliharaan mereka itu. Saya curiga, para Dewa itu ‘sengaja’ melepas peliharaannya ke bumi dan ‘pura2 kecurian’ pusaka. Tujuannya jelas, yaitu bekerja sama dengan Buddha untuk menguji tekad Biksu Tang dan kesungguhan 3 pengikutnya mengambil kitab suci. Kalau diperhatikan, memang seberapa pun hebatnya siluman dan pusaka mereka, tidak ada luka yang berarti yang mereka derita. Para siluman itu terkesan mencari alasan untuk menunda-nunda memakan Biksu Tang yang seharusnya sudah jatuh dalam genggaman mereka. Mungkin menunggu sampai Wu Kong datang dan menolongnya, ya…Selain itu juga untuk menggenapi 81 ujian dalam perjalanan mereka. Terbukti saat mereka berhasil mendapat kitab, Sang Buddha sendiri bertanya pada Guan Yin, “berapa ujian yang sudah mereka lalui?” Saat dihitung, total ujian yang sudah mereka lalui saat itu ada 80, yang berarti kurang satu. Untuk menggenapinya, Sang Buddha melemparkan mereka dari atas awan, membuat rombongan yang akan kembali ke timur itu harus menyeberang sungai di atas punggung kura-kura. Di tengah sungai, mereka diceburkan oleh kura2 itu ke sungai hingga kitab suci yang mereka bawa basah semua dan harus bersusah payah mengeringkannya. Dengan demikian, lengkaplah 81 cobaan mereka .
***Ringkasan Cerita "Sun Wukong mengacau Langit" dan latar belakang sejarah nya.
Oleh Aldi The di Budaya Tionghoa (Berkas) · Sunting Dokumen
Oleh: Aldi The (Trulythe)
Saking besarnya"kecintaan" saya pada Sun Gokong, maka tersusunlah tulisan ini pada th 2008 dalam bentuk "Ringkasan Sekedar Info" yg disusun dari dari pelbagai sumber antara lain buku2 karya Wu Cheng'en dan Wikipedia (DE)
Novel „ Perjalanan Ke Barat “
Judul Cerita Sun Wukong mengacau Langit asli nya „da nao tiàn gòng“ (Huru hara besar di Istana Langit) adalah salah satu bagian dari novel Perjalanan ke Barat, yang merupakan salah satu dari 4 novel klasik Tiongkok.
Disini yang di bahas hanya bagian pertama nya saja. Dimana si raja kera Sun Wukong memasuki Istana Langit, dan atas ketidak puasan nya mengenai pengangkatan nya sebagai Pengurus kuda, membuat kekacauan yang tidak sedikit.
Di dalam pemakaian bahasa Tionghoa sehari hari istilah „da nao tiàn gòng“ sangat disukai untuk mengatakan „Pembuat Onar“.
Sun Wukong di Asia sangat terkenal seperti Goofy, Superman, Spongebob atau Cinderella di dunia sebelah barat. Dengan nama jepang Sun Goku, si raja kera juga di Eropa sudah mulai disukai, lewat serial manga "DragonBallZ".
Kurun waktu penulisan Novel
Pengarang novel Perjalanan ke Barat (xi yoú jì) adalah Wu Cheng'en, seorang pejabat pertengahan dari Huai'an di Jiangsu, sebuah Propinsi yang dari dulu hingga kini merupakan propinsi yang padat penduduk dan makmur.
Wu Cheng'en lahir pada th 1500 dan meninggal pada th 1582, jadi dia hidup sejaman dengan misalnya: . Michelangelo, Martin Luther oder Giordano Bruno yang di th1600 dibakar hidup hidup di Campo dei Fiori dekat Rom karena mangatakan, bahwa alam semesta ini tak terbatas luas nya.
Novel ini di publikasikan pada th 1590, dalam kurun waktu yang sama di eropa Miguel de Cervantes dengan Don Quijotte membuat nya hidup abadi (1605). Dan William Shakespeare (1564-1616) dengan Romeo dan Julia memberikan kehidupan pada dunia literatur.
Di Tiongkok ketika itu sudah mulai mendekati ahir Dinasti Ming. Pada th 1644 mulai lah kekaisaran baru, yaitu Dinasti Qing yang bertahan hingga th 1912.
Pada jaman dinasti Ming pembangunan Tembok Besar berhasil dirampungkan hingga seperti bentuk nya yang sekarang, begitu juga dengan pembangunan Terusan Besar (Jīng Háng Dà Yùnhé) , pemindahan Ibukota dari Nanking ke Peking dan pembangunan Kota Terlarang.
Jaman Ming pernah menjadikan Tiongkok kekuatan marine terkuat pada jaman itu.
Disamping peperangan yang tidak bisa dihitung banyak nya dan intrik2 istana serta ketegangan dalam negri, jaman Ming berhasil membawa perkembangan Budaya dan Ekonomi Tiongkok sampai pada tingkat yang luar biasa tinggi nya.
Hal itu bukan semata mata disebabkan oleh karena bangsa Spanyol, Portugis, Belanda und Inggris menghamburkan perak yang diperoleh nya dari benua Amerika yang baru ditemukan, untuk membeli artikel2 luxus yang sangat disukai terutama Porselin dan Sutera.
Sejak th 1557 (sampai dengan th 1999) kota Àomén berada dibawah kekuasaan pemerintah Portugis dengan nama Macao.
Eropa saat itu sedang mengalami perubahan jaman, yang kini disebut Abad Pertengahan.
Dimulai dari perebutan kota Konstantinopel oleh kerajaan Osmania dan penemuan benua Amerika berahirlah abad ke 16,
Dan mulai lah „Abad yang lebih muda“ antara lain dengan pembangunan Petersdom, pembakaran Tukang-Sihir, Perang-Turki di Austria, Reformasi dan disusul oleh Perang-Tiga-Puluh-Tahun.
Untunglah itu bukan hal satu2 nya di capai oleh abad yang lebih muda, tapi juga Jagung, Kopi, Tembakau, Kakao, Cabai, Tomat dan Kentang, dan gambar Dunia heliozentris (Planet bergerak memutari matahari).
Isi Novel
Novel perjalanan ke Barat mengisahkan perjalanan Pendeta Xuanzang ke India dalam Dinasti Tang dalam abad ke 8.
Pendeta Xuanzang mendapat tugas dari Bodhisattva Guanyin untuk mengambil gulungan Naskah Mahayana ke Tiongkok.
Kaisar Taizong ketika itu masih tinggal di kota Xi'an, yang terkenal di dunia dengan tentara Terrakotta nya .
Disitu sampai sekarang masih berdiri Pagoda Angsa liar, awal dan ahir perjalanan Xuanzang.
Disitu pula lah dia menulis laporan perjalanan, sekembalinya dari perjalanan ke barat dan menterjermahkan gulungan Naskah dari bahasa sansekerta ke bahasa Tionghoa.
Xuanzang memperoleh hadia nama Tripitaka dari Kaisar, yang dalam bahasa sansekerta berarti „Tiga Keranjang“. 657 gulungan Naskah yang diambil nya dari India ditempatkan dalam 3 buah keranjang besar.
Cerita ini terjadi setelah Langit atas desakan Buddha memutuskan, bahwa .
manusia di belahan bumi sebelah selatan, yang kehidupan nya terlalu banyak mengikuti " ketamakan, kesenangan, poligami und dosa“, dengan bantuan Naskah
Mahayana akan banyak Roh2 yang bisa dibebaskan dari hukuman.
Perjalanan ke Barat hanya membahas sedikit saja inti dari segi keagamaan yang terdapat dalam naskah Mahayana, yang diambil oleh Peziarah dari India.
Jaman sekarang Teks setiap saat, dari mana saja, bisa diambil oleh pemakai internet yang berpengalaman.
Cerita nya di bagi dalam 2 bagian. Bagian pertama berkonsentrasi pada penceritaan si raja Kera Sun Wukong.
Menceritakan tentang kelahiran nya dari sebuah telur batu, karier nya sampai menjadi raja kera dan jalan kehidupan nya sebagai murid aliran Tao, yang sedemikian hebat, sampai tak terkalahkan dan tidak dapat mati.
Atas ketidak puasan nya, karena penolakan secara diplomasi atas jabatan yang seharusnya diperoleh di kerajaan Langit, Sun Wukong membuat onar dengan mengacau di Langit.
Huru hara di Langit ini dipadamkan oleh Budha, dan Sun Wukong dihukum di bawah gunung 5 Elemen untuk selama 500 th,
Dengan mantra Om Mani Padme Hum gunung di segel oleh Buddha. Jadi walaupun Sun Wukong ilmu nya tinggi, dia tidak berdaya untuk membebaskan diri.
Lalu di susul oleh bagian pertengahan yang menceritakan asal muasal Xuanzang, dan kejadian2 dari kehidupan Kaisar.
Bagian selanjutnya merupakan bagian utama, mengisahkan perjalanan ke barat yang sebenar nya.
Di bagi dalam 81 Petualangan yang harus dilewatkan oleh Xuanzang, agar mendapatkan gulungan Naskah yang akan diserahkan pada Kaisar dan memperoleh keabadian untuk diri nya.
Guanyin disini memainkan peranan yang sangat penting, Paling pertama diurus nya agar supaya Tripitaka tidak sendirian menghadapi marah bahaya dalam perjalanan.
Dia bertemu Sun Wukong di penjara gunung dan boleh membebaskan nya.
Tabiat kera Sun Wukong menimbulkan banyak risiko dalam perjalanan.
Untuk mengendalikan nya, Guanyin memasang cincin besi di kepala Sun Wukong, yang bisa mengecil bila Tripitaka membacakan Doa tertentu dan mengakibatkan sakit kepala yang luar biasa.
Selanjut nya kedua nya bertemu seekor naga, yang telah menelan kuda tunggangan nya Tripitaka. Setelah tahu dia sedang berhadapan dengan siapa, menjelmalah si Naga menjadi seekor kuda yang kuat dan pintar untuk membawa Tripitaka ke perjalanan yang jauh ke India.
Nasib si Naga mirip Sun Wukong, yang di janjikan pengampunan oleh Guanyin bila mereka berhasil membantu tugas Tripitaka.
Si Naga dijatuhi hukuman mati oleh ayah nya raja Naga lautan barat, karena tampa sengaja telah membakar istana , yang mengakibatkan Mutiara ajaib menjadi rusak.
Hukuman keras dari raja naga bisa di hindarkan oleh Guanyin, hanya dengan syarat , si Naga harus berjasa pada Tripitaka.
Dengan cara yang hampir sama, juga siluman babi Zhu Bajie dan siluman air Sha Wujing menjadi anggota perjalanan.
Mulai lah suatu perjalanan yang panjang, penuh dengan kesulitan, bahaya, keperkasaan, dan perkelahian lawan Manusia, Hantu serta Jin yang harus dikalahkan. Mereka mengenali tripitaka sebagai pendeta suci, yang bila dimakan hidup-hidup, akan membuat mereka tidak bisa mati.
Selalu saja ada situasi dimana kelihatan nya hanya Tian saja yang bisa menolong Tripitaka yang berani.
Dan tidak jarang, hanya dengan campur tangan Guanyin mereka bisa selamat, Ahir nya tujuan perjalanan tercapai, dan semua anggota perjalanan mendapat upah nya masing-masing.
Banyak kapitel yang berisi sindiran bersifat kritis terhadap gejala sejaman.
Penulis novel Wu Cheng’en, mengambil dasawarsa Ming terahir, termasuk kejadian2 pada waktu itu seperti: korupsi, kelaliman Pejabat dan intrik istana, sebagai pola banyak bagian bagian cerita, terutama pengambaran keadaan dan situasi istana kerajaan Langit beserta Pejabat-Pejabat nya.
Ada juga kapitel yang menceritakan tentang Tridharma, yang sejak jaman dulu di Tiongkok sudah mengisi satu sama lain. Tao, Kong-Hu-Cu dan Budha yang sejak dari abad ke 1 sudah menyebar sepanjang jalan sutera.
Struktur penceritaan Perjalanan ke Barat sepadan dengan kisah perjalanan keperkasaan tradisi literatur Eropa.
Dimulai dari Herakles, Don Quichotte, hingga penerapan motif ini di produksi Hollywood seperti Star Wars, yang membawa pembaca atau penonton ke dunia Fantasi atau dunia Mythos.
Latar belakang sejarah
Inti dari cerita ini secara sejarah terbukti, Xuanzang lahir th 603 dan meninggal th 664, jadi hidup di jaman Dinasti Tang.
Perjalanan nya sepanjang jalan sutera dilakukan nya dalam th 629-645.
Dahulu banyak pendeta agama Budha melakukan perjalanan yang hampir sama, mengikuti contoh perintis di awal masuk nya agama Budha ke Tiongkok.
Mulai dari awal abad ke 1 agama Budha sudah mengambil tempat dalam Tridharma disamping Tao dan Kong-Hu-Cu.
Tidak jauh dari Bodh-Gaya, tempat pohon Bodhi yang terkenal itu, dibawah nya sidharta Gotama pernah mendapat penerangan menjadi Budha, disitulah terletak kota Nalanda. Disitu lah berdiri nya universitas agama Budha terbesar di dunia pada jaman itu.
Sebagai Marco Polo dari timur dalam perjalanan nya mengikuti jalan sutera, untuk mencari warisan Budha, berangkatlah pada th 629 si pendeta muda Xuanzang ke India.
Tak ada yang bisa menahan nya, baik perampok maupun badai pasir di Gobi dan Taklamakan, atau gunung salju di Pamir dan Hindukusch.
Setelah 17 th dia kembali membawa gulungan Naskah dari perairan Ganga, dan mencurahkan 19 th lagi untuk mengartikan, penterjermahan dan pemahaman,
Selain itu Xuanzang adalah cendikiawan piawai, di India maupun di Tiongkok, dia terkenal kepintaran nya.
Menjadi terkenal misal nya salah satu Artikel nya dalam diskusi Ilmia, dimana di pertanyakan, apakah Lao Tsu guru Siddharta Gautama. Xuanzang berpendapat, bahwa itu tidak mungkin benar, dengan itu dia menjadi kurang disukai oleh beberapa teman setanah air nya.
Sun Wukong si raja kera
Pemegang peranan utama yang sebenar nya adalah si raja kera Sun Wukong. Pertama tama ditampilkan kelahiran Sun Wukong dari sebuah telur batu,“ yang di buahi oleh Angin, tercipta dari bahan sari pati langit, wewangian terbaik dari bumi, kekuatan dari Matahari dan kecantikan dari Rembulan“.
Dia adalah kera pertama yang berani melompati tirai air terjun ke gunung Bunga dan bebuahan. Disitu dia menemukan dunia baru dan membawa rakyat kera ke sana.
Sebagai tanda terimakasih Sun Wukong dijadikan raja semua kera. Tapi tidak seberapa lama kemudian, Sun Wukung mengetahui, bahwa untuk menjadikan kebahagian nya lebih sempurna, dia masih kekurangan satu hal, yaitu umur yang panjang dan tidak bisa mati.
Dan pergilah Sun Wukong melakukan perjalanan untuk mencari seorang Guru. Walaupun semula nya ragu ragu, tapi ahirnya Sun Wukong di ambil juga jadi murid oleh Tetua agama Tao Subhuti.
Nama nya Sun Wukong yang berarti „Kosong-kesadaran“ diterimanya dari Subhutti dan belajar terbang diatas awan, „salto awan“ melewati 108 000 Li, 72 perubahan bentuk (dalam bentuk manusia, lalat, dadu, buku cersil……. ) dan atas dasar kekuatan, kepintaran dan ambisi nya, ahir nya dia memperoleh kekuatan tidak bisa mati.
Hal itu membuat nya sombong dan takabur, sehingga ahir nya di usir oleh subhuti. Sebelum nya Sun Wukong di ambil sumpah, agar merahasiakan siapa guru nya.
Subhuti merasa yakin, bahwa dengan Sun Wukong akan berahir tidak bagus.
Tampa menghiraukan pemikiran gurunya, Sun Wukong merajalela dengan keberanian nya sampai ahir nya harus berhadapan dengan pasukan tentara kerajaan Langit.
Karena ilmu Sun wukong memang benar-benar hebat, para jendral pasukan Langit tidak bisa menangkap nya untuk di tuntut.
„Kebolehan“ nya yang paling luar biasa adalah menjangut bulu dan meniup nya dari telapak tangan, sehingga diri nya berubah menjadi ribuan banyak nya.
Pasukan kerajaan langit semakin kawatir dengan keadaan itu, hanya Budha yang berhasil menaklukan nya. Budha mengajak si raja kera taruhan : Sun Wukong harus berusaha terbang keluar dari telapak tangan nya.
Terbanglah Sun Wukong dengan kekuatan yang luar biasa sampai ke ujung dunia, disitu dia menemukan 5 buah tiang. Disalah satu tiang dia menulis nama nya, dibelakang tiang lain nya dia kencing.
Dengan bangga dia terbang kembali ke telapak tangan Budha, di situ dia menemukan Graffiti nya yang belum kering di jari Budha dan bau pesing di belakang jari lain nya.
Buddha mengurung Sun Wukung dibawah „Gunung 5 Elemen“, agar dia merenungkan kesalahan kesalahan nya.
Hanya pendeta peziarah ke barat saja yang boleh membebaskan nya, itupun hanya bisa terlaksana dengan pertolongan Guan Yin.
Sebagai pelindung grup perjalanan ke barat, Sun Wukong berkembang menjadi penolong yang andal dalam menghadapi kesulitan.
Tingkah laku nya yang lucu, kericuan nya, penampilan simpatik manusia kera yang tak terkalahkan dalam setiap pertandingan, semua itu tidak bisa dihalau lagi dari hati manusia.
Sumber:
1. Wu Cheng'en, Der rebelische Affe, Die reise nach dem Westen, von Georgette
Boner und Maria Nils
2. Wu Cheng'en, Die Reise nach Westen oder wie Hsüan Tsang den Buddhismus
nach China holte: Von Renè Grousset
3. http://de.wikipedia.org/ wiki/Sun_Wukong
http://de.wikipedia.org/ wiki/Die_Reise_nach_Westen
http://de.wikipedia.org/ wiki/Xuanzang
http://de.wikipedia.org/ wiki/Wuxia
http://de.wikipedia.org/ wiki/Mittelalter
*Jacky Leong [原创]都说西游记是扬佛抑道,封神演义是扬道抑佛,其 实不然一般人都认为吴承恩写的西游记是在扬佛抑道,所以 才有了道士许仲琳写封神演义,抑佛扬道,和西游记对着来 ,在下以为其实不然,事实是恰恰相反。 在西游记中,孙猴子历经千辛万苦,最终扳依佛门,成就金 身,而在二大至高统治者之中,如来的法力无边也衬托出玉 皇大帝的昏庸无能,似乎都说明了这部小说的基本格调是扬 佛抑道,但本人认为,这都是明里,暗里吴承恩有很多地方 都是抑佛扬道的。 譬如,孙猴子在私底下对唐僧这个师傅并没有多少尊敬之心 ,有的也只是解救他脱离五行山的感激之情,猴子在心里对 唐僧这个取经的带头人甚至是有一点看不起的,嫌唐僧胆小 无用还喜欢做滥好人,就是对西方至高无上的精神领袖如来 佛祖,孙猴子更多的也只是怕,而不是尊敬,猴子曾经多次 在言语中对如来冷嘲热讽。但是反观猴子对自己的授业恩师 菩提祖师,自始至终都是心存敬畏,没半点不敬的言语。在 偷吃人生果那一段,猴子在走投无路的情况下,想到的唯有 自己的授业恩师菩提老祖,当菩提老祖拒不露面的时候,磐 石般坚硬,被压在五行山下五百年没皱一下眉头的的孙猴子 也不禁伤心流泪,可见孙猴子对菩提祖师的感情,至真,至 纯,至深。菩提祖师在孙猴子学成下山的时候曾告诫猴子不 要把他是他师傅的事说出来,猴子一直谨遵菩提祖师的告诫 ,在任何恶劣的情况下也没有供出自己的师傅,可见孙猴子 对菩提老祖的感情之深。而菩提祖师很明显,是一位道家的 隐世高人,对比孙悟空对待唐僧,如来的态度和对菩提祖师 的态度,抑道还是扬道很明显。Jacky Leong 再有,在孙悟空大闹天宫那一段,猴子和二郎神正斗的如火 如荼,观音大士准备出手帮助二郎神,太上老君问观音用什 么帮忙,观音大士说用手中的净瓶去砸孙猴子,太上老君不 无嘲弄的说了句,你那净瓶砸下去,别没砸倒猴子反而把瓶 子砸破了,还是用我的精钢镯吧。这里吴承恩小小的嘲讽了 一下观音大士。 像这样的细节在西游记里还有很多,就不一一叙说了,说说 封神演义吧。 个人认为,封神演义也绝不是扬道抑佛之作,反而有点扬佛 抑道。 封神演义的故事发展到最后,很多原本是道家的弟子都纷纷 投身佛家,光元始天尊门下二代弟子中就有文殊,普贤,慈 航,惧留孙四人,占了三分之一,甚至连一代半的燃灯都投 身西方,成为后来的燃灯上古佛。截教门下的毗卢仙,长耳 定光仙等一大批也最终投身西方,这些群体性事件只能说明 一个情况,西方教的法力和教义都比东方的阐教,截教高深 ,否则的话,就是西方的教徒望东方跑了。 再有,对比一下封神演义里的五大教主级人物,西方的接引 和准提法力明显比东方的原始和通天要高,和老子或许不相 上下。 通天教主就不用说了,五大教主级人物中数他最菜,从始至 终都是被虐,就连元始天尊这个正牌的阐教掌门,印把子在 手的人物,在进诛仙阵的时候,头顶莲花也被诛仙剑斩下一 朵来,而反观佛教掌门接引道人,在进诛仙阵的时候,封神 演义上描述道:“那剑如同被钉子钉住一般,不曾动弹半分 。”孰高孰低,一眼便能看出。在同通天教主单挑的时候, 连老子都是使出了绝招,才打了通天二三扁拐,而西方教的 二老板准提和通天教主单挑的时候,手中七宝妙树轻轻一刷 ,通天手中宝剑便被刷得粉碎,可见准提道人的法力。 ~转载请注明出自铁血tiexue.net, 本贴地址: http://bbs.tiexue.net/ post_5173464_1.html[原创]都说西游 记是扬佛抑道,封神演义是扬道抑佛,其实不然 - 中国历史 - 铁血社区bbs.tiexue.net一般人都认为吴承 恩写的西游记是在扬佛抑道,所以才有了道士许仲琳写封神 演义,抑佛扬道,和西游记对着来,在下以为其实不然,事 实是恰恰相反。 在西游记中,孙猴子历经千辛万苦,最终扳依佛门,成就金 身,而在二大至高统治者之中,如...
meskipun ceritakan perjalanan Pendeta Xuan Zang ke India utk mengambil Kitab suci Tripitaka pada jaman dinasti Tang (abad 7 Masehi ), tetapi boleh dikatakan keseluruhannya isi buku ber-putar2 pada satu tokoh ini saja, yaitu si Kera Sakti Sun Wu Kong .Dikisahkan dalam buku ini , bahwa Sun Wu Kong semula lahir dari sebuah batu besar di gunung Hua Guo Shan.kelahirannya menimbulkan sinar terang yg memancar sampai kahyangan, Yu Huang Da Di lalu memerintahkan Qian Li Yan ( Si Mata Seribu Li) dan Sun Feng Er ( Si Telinga Angin Baik) utk menyelidiki apa yg terjadi, tapi ketika diketahui Nya sinar itu berasal dari seekor kera, Beliau merasa lega .Sang kera batu karena keberaniannya kemudian diangkat menjadi raja oleh segerombolan kera2 dengan gelar Mei Hou Wang atau Raja Monyet Yang Baik.Karena melihat rakyatnya mulai banyak yg sakit dan mati, sang Raja Kera menyadari bahwa dirinyapun takkan lepas dari hukum alam. tapi dia tak ingin begitu saja tunduk pada kodratnya. Ia pergi mencari obat abadi dan ilmu sejati utk mendapatkan umur panjang. dalam berkelana selama 18 tahun itu,ia sampai dipergunungan Zhong Nan Shan dan berguru pada seorang Pendeta Taois (gag tau nmany syp). di situ Ia memperoleh berbagai ilmu kanuragan dan ilmu berubah bentuk menjadi 72 rupa. kemudian Ia jg menpelajari ilmu lompatan awan. dgn sekali loncat jungkir balik, Ia dapat menempuh jarak 9000 km. Gurunya menberi nama Sun Wu Kong / Sun Go Kong yg berarti " menyadari Kekosongan .
*** Ery Camel : Mohon Pendapat Teman2......Pertanyaan: kenapa Wu Kong yang begitu hebat sampai bisa mengacau Khayangan, saat dalam perjalanan mengambil kitab suci jadi terlihat lemah dan (hampir) selalu meminta bantuan dari para Dewa yang notabene dulu kalah semua melawannya, padahal sudah ada bantuan dari adik kedua (Ba Jie) dan ketiga (Sha Sheng)-nya?
Ery Camel : Sebenarnya ada beberapa jawaban, dan semuanya terkait dengan Sang Biksu Suci itu sendiri. Sekarang akan ditelaah dari kondisi sebelum dan sesudah bertemu Biksu Tang:1. Saat jadi Qi Tian Ta Shen yang mengacau khayangan, Wu Kong sama sekali tidak punya kekhawatiran. Dia sama sekali tidak peduli ataupun takut pada apapun. Tanpa rasa khawatir, maka dia bisa bebas pergi dan bertindak sesukanya. Karena itu si monyet jadi tampak tak terkalahkan. Para siluman lain-pun ikut bekerjasama dengannya karena melihat kesaktiannya itu. Setelah bertemu Biksu Tang, Wu Kong jadi memiliki hal yang dikhawatirkan, yaitu nyawa sang guru. Ditambah lagi, Sang Biksu Suci tampaknya menjadi seperti magnet yang menarik keinginan berbagai siluman untuk memakannya, dengan tersebarnya isu bahwa barang siapa yang memakan dagingnya akan hidup abadi dan awet muda.2. Saat mengacau khayangan, Wu Kong bisa membunuh sesukanya, sementara setelah bertemu Biksu Tang, Wu Kong dilarang keras untuk membunuh. Terbukti saat pertama bertemu, Wu Kong dengan mudah membunuh harimau dan perampok yang menyerang mereka. Namun lama kelamaan, apalagi dipicu dengan kejadian saat Wu Kong diusir oleh Biksu Tang pada kasus Siluman Tulang Putih, Wu Kong jadi berusaha keras untuk tidak membunuh lagi, dan karena itu jadi menahan diri dan kekuatannya sendiri (karena itu jadi terlihat lebih lemah daripada dulu). Maka jalan satu-satunya untuk menolong Sang Guru adalah dengan minta bantuan para Dewa dan pusaka mereka.3. Berkaitan dengan kedua saudara seperguruannya, karena asal mereka dari dewa yang melanggar aturan hingga diturunkan ke bumi, tentu saja mereka jadi sangat lemah dibandingkan Wu Kong (saat masih jadi dewa-pun mereka tidak berdaya menghadapi Wu Kong, apalagi setelah diturunkan ke bumi). Jadi kadang mereka malah merepotkan kalau menghadapi musuh yang kuat.4. Yang terakhir… entah kenapa sebagian besar musuh yang menghalangi perjalanan mereka ternyata adalah peliharaan para Dewa yang berhasil mencuri pusaka dan turun ke bumi menjadi siluman (di antaranya: ikan mas di kolam teratai Guan Yin, kerbau hijau tunggangan Tai Shang Lao Jun, elang Sang Buddha, tikus putih milik Li Jing, kelinci giok milik Dewi Bulan, dan sebagainya). Cara paling mudah menghadapi para peliharaan itu beserta pusakanya tentu saja memanggil Dewa pemiliknya untuk datang dan menjemput kembali peliharaan mereka itu. Saya curiga, para Dewa itu ‘sengaja’ melepas peliharaannya ke bumi dan ‘pura2 kecurian’ pusaka. Tujuannya jelas, yaitu bekerja sama dengan Buddha untuk menguji tekad Biksu Tang dan kesungguhan 3 pengikutnya mengambil kitab suci. Kalau diperhatikan, memang seberapa pun hebatnya siluman dan pusaka mereka, tidak ada luka yang berarti yang mereka derita. Para siluman itu terkesan mencari alasan untuk menunda-nunda memakan Biksu Tang yang seharusnya sudah jatuh dalam genggaman mereka. Mungkin menunggu sampai Wu Kong datang dan menolongnya, ya…Selain itu juga untuk menggenapi 81 ujian dalam perjalanan mereka. Terbukti saat mereka berhasil mendapat kitab, Sang Buddha sendiri bertanya pada Guan Yin, “berapa ujian yang sudah mereka lalui?” Saat dihitung, total ujian yang sudah mereka lalui saat itu ada 80, yang berarti kurang satu. Untuk menggenapinya, Sang Buddha melemparkan mereka dari atas awan, membuat rombongan yang akan kembali ke timur itu harus menyeberang sungai di atas punggung kura-kura. Di tengah sungai, mereka diceburkan oleh kura2 itu ke sungai hingga kitab suci yang mereka bawa basah semua dan harus bersusah payah mengeringkannya. Dengan demikian, lengkaplah 81 cobaan mereka .
***Ringkasan Cerita "Sun Wukong mengacau Langit" dan latar belakang sejarah nya.
Oleh Aldi The di Budaya Tionghoa (Berkas) · Sunting Dokumen
Oleh: Aldi The (Trulythe)
Saking besarnya"kecintaan" saya pada Sun Gokong, maka tersusunlah tulisan ini pada th 2008 dalam bentuk "Ringkasan Sekedar Info" yg disusun dari dari pelbagai sumber antara lain buku2 karya Wu Cheng'en dan Wikipedia (DE)
Novel „ Perjalanan Ke Barat “
Judul Cerita Sun Wukong mengacau Langit asli nya „da nao tiàn gòng“ (Huru hara besar di Istana Langit) adalah salah satu bagian dari novel Perjalanan ke Barat, yang merupakan salah satu dari 4 novel klasik Tiongkok.
Disini yang di bahas hanya bagian pertama nya saja. Dimana si raja kera Sun Wukong memasuki Istana Langit, dan atas ketidak puasan nya mengenai pengangkatan nya sebagai Pengurus kuda, membuat kekacauan yang tidak sedikit.
Di dalam pemakaian bahasa Tionghoa sehari hari istilah „da nao tiàn gòng“ sangat disukai untuk mengatakan „Pembuat Onar“.
Sun Wukong di Asia sangat terkenal seperti Goofy, Superman, Spongebob atau Cinderella di dunia sebelah barat. Dengan nama jepang Sun Goku, si raja kera juga di Eropa sudah mulai disukai, lewat serial manga "DragonBallZ".
Kurun waktu penulisan Novel
Pengarang novel Perjalanan ke Barat (xi yoú jì) adalah Wu Cheng'en, seorang pejabat pertengahan dari Huai'an di Jiangsu, sebuah Propinsi yang dari dulu hingga kini merupakan propinsi yang padat penduduk dan makmur.
Wu Cheng'en lahir pada th 1500 dan meninggal pada th 1582, jadi dia hidup sejaman dengan misalnya: . Michelangelo, Martin Luther oder Giordano Bruno yang di th1600 dibakar hidup hidup di Campo dei Fiori dekat Rom karena mangatakan, bahwa alam semesta ini tak terbatas luas nya.
Novel ini di publikasikan pada th 1590, dalam kurun waktu yang sama di eropa Miguel de Cervantes dengan Don Quijotte membuat nya hidup abadi (1605). Dan William Shakespeare (1564-1616) dengan Romeo dan Julia memberikan kehidupan pada dunia literatur.
Di Tiongkok ketika itu sudah mulai mendekati ahir Dinasti Ming. Pada th 1644 mulai lah kekaisaran baru, yaitu Dinasti Qing yang bertahan hingga th 1912.
Pada jaman dinasti Ming pembangunan Tembok Besar berhasil dirampungkan hingga seperti bentuk nya yang sekarang, begitu juga dengan pembangunan Terusan Besar (Jīng Háng Dà Yùnhé) , pemindahan Ibukota dari Nanking ke Peking dan pembangunan Kota Terlarang.
Jaman Ming pernah menjadikan Tiongkok kekuatan marine terkuat pada jaman itu.
Disamping peperangan yang tidak bisa dihitung banyak nya dan intrik2 istana serta ketegangan dalam negri, jaman Ming berhasil membawa perkembangan Budaya dan Ekonomi Tiongkok sampai pada tingkat yang luar biasa tinggi nya.
Hal itu bukan semata mata disebabkan oleh karena bangsa Spanyol, Portugis, Belanda und Inggris menghamburkan perak yang diperoleh nya dari benua Amerika yang baru ditemukan, untuk membeli artikel2 luxus yang sangat disukai terutama Porselin dan Sutera.
Sejak th 1557 (sampai dengan th 1999) kota Àomén berada dibawah kekuasaan pemerintah Portugis dengan nama Macao.
Eropa saat itu sedang mengalami perubahan jaman, yang kini disebut Abad Pertengahan.
Dimulai dari perebutan kota Konstantinopel oleh kerajaan Osmania dan penemuan benua Amerika berahirlah abad ke 16,
Dan mulai lah „Abad yang lebih muda“ antara lain dengan pembangunan Petersdom, pembakaran Tukang-Sihir, Perang-Turki di Austria, Reformasi dan disusul oleh Perang-Tiga-Puluh-Tahun.
Untunglah itu bukan hal satu2 nya di capai oleh abad yang lebih muda, tapi juga Jagung, Kopi, Tembakau, Kakao, Cabai, Tomat dan Kentang, dan gambar Dunia heliozentris (Planet bergerak memutari matahari).
Isi Novel
Novel perjalanan ke Barat mengisahkan perjalanan Pendeta Xuanzang ke India dalam Dinasti Tang dalam abad ke 8.
Pendeta Xuanzang mendapat tugas dari Bodhisattva Guanyin untuk mengambil gulungan Naskah Mahayana ke Tiongkok.
Kaisar Taizong ketika itu masih tinggal di kota Xi'an, yang terkenal di dunia dengan tentara Terrakotta nya .
Disitu sampai sekarang masih berdiri Pagoda Angsa liar, awal dan ahir perjalanan Xuanzang.
Disitu pula lah dia menulis laporan perjalanan, sekembalinya dari perjalanan ke barat dan menterjermahkan gulungan Naskah dari bahasa sansekerta ke bahasa Tionghoa.
Xuanzang memperoleh hadia nama Tripitaka dari Kaisar, yang dalam bahasa sansekerta berarti „Tiga Keranjang“. 657 gulungan Naskah yang diambil nya dari India ditempatkan dalam 3 buah keranjang besar.
Cerita ini terjadi setelah Langit atas desakan Buddha memutuskan, bahwa .
manusia di belahan bumi sebelah selatan, yang kehidupan nya terlalu banyak mengikuti " ketamakan, kesenangan, poligami und dosa“, dengan bantuan Naskah
Mahayana akan banyak Roh2 yang bisa dibebaskan dari hukuman.
Perjalanan ke Barat hanya membahas sedikit saja inti dari segi keagamaan yang terdapat dalam naskah Mahayana, yang diambil oleh Peziarah dari India.
Jaman sekarang Teks setiap saat, dari mana saja, bisa diambil oleh pemakai internet yang berpengalaman.
Cerita nya di bagi dalam 2 bagian. Bagian pertama berkonsentrasi pada penceritaan si raja Kera Sun Wukong.
Menceritakan tentang kelahiran nya dari sebuah telur batu, karier nya sampai menjadi raja kera dan jalan kehidupan nya sebagai murid aliran Tao, yang sedemikian hebat, sampai tak terkalahkan dan tidak dapat mati.
Atas ketidak puasan nya, karena penolakan secara diplomasi atas jabatan yang seharusnya diperoleh di kerajaan Langit, Sun Wukong membuat onar dengan mengacau di Langit.
Huru hara di Langit ini dipadamkan oleh Budha, dan Sun Wukong dihukum di bawah gunung 5 Elemen untuk selama 500 th,
Dengan mantra Om Mani Padme Hum gunung di segel oleh Buddha. Jadi walaupun Sun Wukong ilmu nya tinggi, dia tidak berdaya untuk membebaskan diri.
Lalu di susul oleh bagian pertengahan yang menceritakan asal muasal Xuanzang, dan kejadian2 dari kehidupan Kaisar.
Bagian selanjutnya merupakan bagian utama, mengisahkan perjalanan ke barat yang sebenar nya.
Di bagi dalam 81 Petualangan yang harus dilewatkan oleh Xuanzang, agar mendapatkan gulungan Naskah yang akan diserahkan pada Kaisar dan memperoleh keabadian untuk diri nya.
Guanyin disini memainkan peranan yang sangat penting, Paling pertama diurus nya agar supaya Tripitaka tidak sendirian menghadapi marah bahaya dalam perjalanan.
Dia bertemu Sun Wukong di penjara gunung dan boleh membebaskan nya.
Tabiat kera Sun Wukong menimbulkan banyak risiko dalam perjalanan.
Untuk mengendalikan nya, Guanyin memasang cincin besi di kepala Sun Wukong, yang bisa mengecil bila Tripitaka membacakan Doa tertentu dan mengakibatkan sakit kepala yang luar biasa.
Selanjut nya kedua nya bertemu seekor naga, yang telah menelan kuda tunggangan nya Tripitaka. Setelah tahu dia sedang berhadapan dengan siapa, menjelmalah si Naga menjadi seekor kuda yang kuat dan pintar untuk membawa Tripitaka ke perjalanan yang jauh ke India.
Nasib si Naga mirip Sun Wukong, yang di janjikan pengampunan oleh Guanyin bila mereka berhasil membantu tugas Tripitaka.
Si Naga dijatuhi hukuman mati oleh ayah nya raja Naga lautan barat, karena tampa sengaja telah membakar istana , yang mengakibatkan Mutiara ajaib menjadi rusak.
Hukuman keras dari raja naga bisa di hindarkan oleh Guanyin, hanya dengan syarat , si Naga harus berjasa pada Tripitaka.
Dengan cara yang hampir sama, juga siluman babi Zhu Bajie dan siluman air Sha Wujing menjadi anggota perjalanan.
Mulai lah suatu perjalanan yang panjang, penuh dengan kesulitan, bahaya, keperkasaan, dan perkelahian lawan Manusia, Hantu serta Jin yang harus dikalahkan. Mereka mengenali tripitaka sebagai pendeta suci, yang bila dimakan hidup-hidup, akan membuat mereka tidak bisa mati.
Selalu saja ada situasi dimana kelihatan nya hanya Tian saja yang bisa menolong Tripitaka yang berani.
Dan tidak jarang, hanya dengan campur tangan Guanyin mereka bisa selamat, Ahir nya tujuan perjalanan tercapai, dan semua anggota perjalanan mendapat upah nya masing-masing.
Banyak kapitel yang berisi sindiran bersifat kritis terhadap gejala sejaman.
Penulis novel Wu Cheng’en, mengambil dasawarsa Ming terahir, termasuk kejadian2 pada waktu itu seperti: korupsi, kelaliman Pejabat dan intrik istana, sebagai pola banyak bagian bagian cerita, terutama pengambaran keadaan dan situasi istana kerajaan Langit beserta Pejabat-Pejabat nya.
Ada juga kapitel yang menceritakan tentang Tridharma, yang sejak jaman dulu di Tiongkok sudah mengisi satu sama lain. Tao, Kong-Hu-Cu dan Budha yang sejak dari abad ke 1 sudah menyebar sepanjang jalan sutera.
Struktur penceritaan Perjalanan ke Barat sepadan dengan kisah perjalanan keperkasaan tradisi literatur Eropa.
Dimulai dari Herakles, Don Quichotte, hingga penerapan motif ini di produksi Hollywood seperti Star Wars, yang membawa pembaca atau penonton ke dunia Fantasi atau dunia Mythos.
Latar belakang sejarah
Inti dari cerita ini secara sejarah terbukti, Xuanzang lahir th 603 dan meninggal th 664, jadi hidup di jaman Dinasti Tang.
Perjalanan nya sepanjang jalan sutera dilakukan nya dalam th 629-645.
Dahulu banyak pendeta agama Budha melakukan perjalanan yang hampir sama, mengikuti contoh perintis di awal masuk nya agama Budha ke Tiongkok.
Mulai dari awal abad ke 1 agama Budha sudah mengambil tempat dalam Tridharma disamping Tao dan Kong-Hu-Cu.
Tidak jauh dari Bodh-Gaya, tempat pohon Bodhi yang terkenal itu, dibawah nya sidharta Gotama pernah mendapat penerangan menjadi Budha, disitulah terletak kota Nalanda. Disitu lah berdiri nya universitas agama Budha terbesar di dunia pada jaman itu.
Sebagai Marco Polo dari timur dalam perjalanan nya mengikuti jalan sutera, untuk mencari warisan Budha, berangkatlah pada th 629 si pendeta muda Xuanzang ke India.
Tak ada yang bisa menahan nya, baik perampok maupun badai pasir di Gobi dan Taklamakan, atau gunung salju di Pamir dan Hindukusch.
Setelah 17 th dia kembali membawa gulungan Naskah dari perairan Ganga, dan mencurahkan 19 th lagi untuk mengartikan, penterjermahan dan pemahaman,
Selain itu Xuanzang adalah cendikiawan piawai, di India maupun di Tiongkok, dia terkenal kepintaran nya.
Menjadi terkenal misal nya salah satu Artikel nya dalam diskusi Ilmia, dimana di pertanyakan, apakah Lao Tsu guru Siddharta Gautama. Xuanzang berpendapat, bahwa itu tidak mungkin benar, dengan itu dia menjadi kurang disukai oleh beberapa teman setanah air nya.
Sun Wukong si raja kera
Pemegang peranan utama yang sebenar nya adalah si raja kera Sun Wukong. Pertama tama ditampilkan kelahiran Sun Wukong dari sebuah telur batu,“ yang di buahi oleh Angin, tercipta dari bahan sari pati langit, wewangian terbaik dari bumi, kekuatan dari Matahari dan kecantikan dari Rembulan“.
Dia adalah kera pertama yang berani melompati tirai air terjun ke gunung Bunga dan bebuahan. Disitu dia menemukan dunia baru dan membawa rakyat kera ke sana.
Sebagai tanda terimakasih Sun Wukong dijadikan raja semua kera. Tapi tidak seberapa lama kemudian, Sun Wukung mengetahui, bahwa untuk menjadikan kebahagian nya lebih sempurna, dia masih kekurangan satu hal, yaitu umur yang panjang dan tidak bisa mati.
Dan pergilah Sun Wukong melakukan perjalanan untuk mencari seorang Guru. Walaupun semula nya ragu ragu, tapi ahirnya Sun Wukong di ambil juga jadi murid oleh Tetua agama Tao Subhuti.
Nama nya Sun Wukong yang berarti „Kosong-kesadaran“ diterimanya dari Subhutti dan belajar terbang diatas awan, „salto awan“ melewati 108 000 Li, 72 perubahan bentuk (dalam bentuk manusia, lalat, dadu, buku cersil……. ) dan atas dasar kekuatan, kepintaran dan ambisi nya, ahir nya dia memperoleh kekuatan tidak bisa mati.
Hal itu membuat nya sombong dan takabur, sehingga ahir nya di usir oleh subhuti. Sebelum nya Sun Wukong di ambil sumpah, agar merahasiakan siapa guru nya.
Subhuti merasa yakin, bahwa dengan Sun Wukong akan berahir tidak bagus.
Tampa menghiraukan pemikiran gurunya, Sun Wukong merajalela dengan keberanian nya sampai ahir nya harus berhadapan dengan pasukan tentara kerajaan Langit.
Karena ilmu Sun wukong memang benar-benar hebat, para jendral pasukan Langit tidak bisa menangkap nya untuk di tuntut.
„Kebolehan“ nya yang paling luar biasa adalah menjangut bulu dan meniup nya dari telapak tangan, sehingga diri nya berubah menjadi ribuan banyak nya.
Pasukan kerajaan langit semakin kawatir dengan keadaan itu, hanya Budha yang berhasil menaklukan nya. Budha mengajak si raja kera taruhan : Sun Wukong harus berusaha terbang keluar dari telapak tangan nya.
Terbanglah Sun Wukong dengan kekuatan yang luar biasa sampai ke ujung dunia, disitu dia menemukan 5 buah tiang. Disalah satu tiang dia menulis nama nya, dibelakang tiang lain nya dia kencing.
Dengan bangga dia terbang kembali ke telapak tangan Budha, di situ dia menemukan Graffiti nya yang belum kering di jari Budha dan bau pesing di belakang jari lain nya.
Buddha mengurung Sun Wukung dibawah „Gunung 5 Elemen“, agar dia merenungkan kesalahan kesalahan nya.
Hanya pendeta peziarah ke barat saja yang boleh membebaskan nya, itupun hanya bisa terlaksana dengan pertolongan Guan Yin.
Sebagai pelindung grup perjalanan ke barat, Sun Wukong berkembang menjadi penolong yang andal dalam menghadapi kesulitan.
Tingkah laku nya yang lucu, kericuan nya, penampilan simpatik manusia kera yang tak terkalahkan dalam setiap pertandingan, semua itu tidak bisa dihalau lagi dari hati manusia.
Sumber:
1. Wu Cheng'en, Der rebelische Affe, Die reise nach dem Westen, von Georgette
Boner und Maria Nils
2. Wu Cheng'en, Die Reise nach Westen oder wie Hsüan Tsang den Buddhismus
nach China holte: Von Renè Grousset
3. http://de.wikipedia.org/
http://de.wikipedia.org/
http://de.wikipedia.org/
http://de.wikipedia.org/
http://de.wikipedia.org/
*Jacky Leong [原创]都说西游记是扬佛抑道,封神演义是扬道抑佛,其
No comments:
Write komentar