Kue Keranjang, Sajian Khas Imlek Penuh Filosofi

Setiap Imlek tiba, ada satu hidangan yang sering terlihat yaitu kue keranjang. Kue yang juga disebut Nian Gao ini ibarat kue yang wajib ada saat imlek. Hadirnya kue keranjang menjadi simbol peningkatan rezeki atau kemakmuran. Oleh sebab itu, kue keranjang ada yang ukurannya besar hingga kecil.



Sesuai namanya, Nian berati “tahun” dan Gao artinya “kue” yang juga terdengar seperti makna “tinggi”, kue keranjang kerap disusun meninggi ke atas dengan bagian bawah kue terbesar dan paling atas yang terkecil ukurannya.

Penyajian kue kenjang sering dtempatkan bebarengan dengan kue mangkok merah. Penyusunan ini juga memiliki makna untuk mendapatkan kehidupan yang lebih manis dan terus menanjak sekaligus mekar bak kue mangkok.

Kue keranjang memiliki legendanya sendiri. Alkisah masyarakat Tiongkok zaman dulu meyakini jika dapur dihuni oleh Dewa Tungku yang dikirim oleh Raja Surga , Yik Huang Shang Ti. Dewa Tungku bertugas untuk mengawasi kegiatan memasak setiap hari pada tiap rumah.

Setiap tahun baru Imlek, tepatnya enam hari sebelum hari H, Dewa Tunggu mudik ke surga. Dia lantas memberikan laporan terhadap tugas-tugasnya. Agar Dewa Tungku tidak melaporkan hal yang jelek kepada Raja Surga, masyarakat menyediakan dodol manis ibarat “suap” pada dewa tersebut agar senang. Dengan begitu hal-hal yang tidak menyenangkan bisa dihindari. Kue ini dalam perkembangannya disebut dengan kue keranjang.

Kue keranjang juga disajikan di dekat tempat sembahyang atau altar pada setiap rumah. Bulatnya kue keranjang punya fiosifi persatuan dan kerukunan untuk menghadapi tahun selanjutnya.